MANFAAT DAP
(Developmentally Appropriate Practice)
Disusun :
1.
Tri
Wahono 292010150
2.
Etik
Ambarwati 292010157
3.
Vita
anggarasakti 292010159
4.
Vian
Anggaeni 292010175
5.
Tabita
Anis Putri P 292010177
PROGRAM STUDI SI PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN
SATYA WACANA
DAP (Developmentally Appropriate Practice) DAP
atau dalam terjemahan bebas Bahasa Indonesia adalah pendidikan yang pantas dan
menyenangkan sesuai tahap perkembangan anak, hal ini mencerminkan proses
pembelajaran yang bersifat interaktif. Konsep DAP yang dikembangkan melalui
baragam kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak dimana hal
tersebut menjadikan anak memiliki pengalaman yang kongkrit serta menyenangkan
saat terjadinya proses belajar, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran
(awareness) pada anak. Pengalaman anak dapat membuka perasaan, dan tidak hanya
perilaku terbuka, dengan anak disuatu lingkungan dan emosi-emosi yang
dikehendaki akan lazim dan emosi-emosi yang tidak dikehendaki menjadi jarang.
Kunci dari pendekatan ini adalah prinsip bahwa
anak pada dasarnya membangun atau mengkonstruk sendiri pengetahuannya melalui
interaksi dengan lingkungan sosial dan fisik mereka. Dalam pendekatan ini
diupayakan agar anak dapat memotivasi dan mengarahkan diri secara intrinsik,
pembelajaran yang efektif yang mampu membangkitkan keingintahuan mereka melalui
kegiatan eksplorasi, eksperimen dan dalam pengalaman nyata.
Pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan alami
untuk belajar, asalkan tidak bertentangan dengan prinsip kerja struktur dan
fungsi otak. Banyak ditengerai bahwa sekolah tradisional yang menerapkan
pembelajaran dengan cara-cara tradisional telah menghambat proses belajar
mengajar dan tidak sesuai dengan prinsip ini.
Prinsip Pokok DAP (Developmentally Appropriate
Practice) Metode pembelajaran yang sejalan dengan konsep DAP adalah metode
pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. Metode ini, selain sesuai dengan
tahapan perkembangan anak, juga memperhatikan keunikan setiap anak. Metode
pembelajaran dengan konsep DAP dianggap dapat mempertahankan, bahkan
meningkatkan gairah belajar anak-anak. Konsep DAP memperlakukan anak sebagai
individu yang utuh (the whole child) yang melibatkan empat komponen, yaitu
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sifat alamiah (dispositions),
dan perasaan (feelings); karena pikiran, emosi, imajinasi, dan sifat alamiah
anak bekerja secara bersamaan dan saling berhubungan. Dengan kata lain, metode
pembelajaran yang baik adalah metode pembelajaran yang dapat melibatkan semua
aspek ini secara bersamaan, sehingga perkembangan intelektual, sosial, dan
karakter anak dapat terbentuk secara simultan.
Terdapat tiga dimensi yang harus dipahami dalam
konsep DAP yaitu:
A.
Patut Menurut Umur
Dalam dimensi ini pendidik diharapkan memahami tahapan perkembangan
anak secara kronologis. Pemahaman tentang hal ini dapat menjadi bekal bagi
pendidik untuk mengetahui aktifitas, materi, dan interaksi social apa saja yang
sesuai, menarik, aman, mendidik, dan menantang bagi anak. Hal ini sangat
penting sebagai acuan dalam merancang dan menerapkan kurikulum, serta
menyiapkan lingkungan belajar yang patut dan menyenagkan.
B.
Patut Menurut Lingkungan Sosial
Dan Budaya
Pemahaman pendidik terhadap latar belakang sosial budaya anak dapat
dijadikan dijadikan sebagai acuan guru dalam mempersiapkan materi pembelajaran
yang relevan dan bermakna bagi anak. Disamping itu, pendidik juga dapat
mempersiapkan anak secara lebih dini untuk menjadi individu yang dapat
beradaptasi dengan lingkungan sosial budayanya.
C.
Patut Menurut Anak Sebagai
Individu Yang Unik
Pendidik juga harus memahami bahwa setiap anak merupakan pribadi yang
unik, dimana ia membawa bakat, minat, kelebihan dan kekerangannya, serta
pengalaman masing – masing anak dalam berinteraksi. Program DAP yang
dikemukakan oleh Bredekamp bahwasanya pada proses pembelajaran hendaknya
menyediakan berbagai aktivitas dan bahan-bahan yang kaya serta menawarkan
pilihan bagi siswa sehingga siswa dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok
kecil maupun mandiri dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinisiatif
sendiri, melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang
dipilihnya. Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas
untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian,
fakta, dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada
dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Proses pembelajaran seharusnya
memperhatikan kebermaknaan artinya apa yang bermakna bagi anak menunjuk pada
pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dengan minat-minatnya.
Tahap – Tahap Pembelajaran DAP (Developmentally
Appropriate Practice)
Prinsip-prinsip di atas telah memberikan dampak terhadap perubahan
metode belajar yang sejalan dengan konsep pendidikan yang patut. Adapun
tahapan-tahapannya adalah:
a.
Menciptakan lingkungan belajar
yang dapat membuat anak asyik dalam pengalaman
belajar,
yaitu dengan melibatkan aspek fisiologi anak. Misalnya dengan games (kegiatan
yang menyenangkan) akan melibatkan seluruh aspek fisik, emosi, sosial dan
kognitif anak secara bersamaan (simultan).
b.
Menciptakan kurikulum yang dapat
menimbulkan minat anak dan kontekstual, sehingga anak menangkap makna atau dari
apa yang dipelajarinya
c.
Menciptakan suasana belajar yang
bebas tekanan dan ancaman, tetapi tetap menantang bagi anak untuk mencari tahu
lebih banyak
d.
Berikan mata pelajaran dengan
melibatkan pengalaman kongkrit, terutama dalam pemecahan masalah, karena proses
belajar paling efektif bukan dengan ceramah, tetapi dengan memberikan pengalaman
nyata.
Manfaat pembelajaran DAP
1.
Guru menjadi lebih berkreasi untuk
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sesuai kebutuhan peserta didik.
2.
Guru dapat mengetahui
karakteristik peserta didik.
3.
Guru dapat mempersiapkan materi
pembelajaran dan metode yang digunakan setelah mengetahui karakteristik peserta
didik.
4.
Guru dan siswa dapat berinteraksi.
5.
Siswa lebih dapat mengeksprisikan
pikiran, mengeluarkan gagasan/pendapat, lebih aktif dan kreatif.
6.
Menyeimbangkan ranah afektif,
psikomotorik dan kognitif.
DAFTAR PUSTAKA :
sumber
: http://kantinpendidikan.blogspot.com/2011/03/strategi-pembelajaran-dap.html
2.
Bertrand Russel, Pendidikan Dan
Tatanan Sosial, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1003), hal 43
3.
Nadwa, Jurnal Pendidikan Islam,
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2007, hal 63-64
6.
http:// Prinsip Pembelajaran Yang Efektif.Com/28/02/2008
7.
http://
Oursani.com/31/05/2008/Index.php/Terbaru/Paradigma_Baru_Dalam_Mendidik_Anak_html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar