Pengikut

Rabu, 11 April 2012

Manfaat DAP


MANFAAT DAP
(Developmentally Appropriate Practice)



Disusun :
1.      Tri Wahono                          292010150
2.      Etik Ambarwati                  292010157
3.      Vita anggarasakti              292010159
4.      Vian Anggaeni                     292010175
5.      Tabita Anis Putri P 292010177


PROGRAM STUDI SI PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

DAP (Developmentally Appropriate Practice) DAP atau dalam terjemahan bebas Bahasa Indonesia adalah pendidikan yang pantas dan menyenangkan sesuai tahap perkembangan anak, hal ini mencerminkan proses pembelajaran yang bersifat interaktif. Konsep DAP yang dikembangkan melalui baragam kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak dimana hal tersebut menjadikan anak memiliki pengalaman yang kongkrit serta menyenangkan saat terjadinya proses belajar, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran (awareness) pada anak. Pengalaman anak dapat membuka perasaan, dan tidak hanya perilaku terbuka, dengan anak disuatu lingkungan dan emosi-emosi yang dikehendaki akan lazim dan emosi-emosi yang tidak dikehendaki menjadi jarang.
Kunci dari pendekatan ini adalah prinsip bahwa anak pada dasarnya membangun atau mengkonstruk sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan sosial dan fisik mereka. Dalam pendekatan ini diupayakan agar anak dapat memotivasi dan mengarahkan diri secara intrinsik, pembelajaran yang efektif yang mampu membangkitkan keingintahuan mereka melalui kegiatan eksplorasi, eksperimen dan dalam pengalaman nyata.
Pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan alami untuk belajar, asalkan tidak bertentangan dengan prinsip kerja struktur dan fungsi otak. Banyak ditengerai bahwa sekolah tradisional yang menerapkan pembelajaran dengan cara-cara tradisional telah menghambat proses belajar mengajar dan tidak sesuai dengan prinsip ini.
Prinsip Pokok DAP (Developmentally Appropriate Practice) Metode pembelajaran yang sejalan dengan konsep DAP adalah metode pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. Metode ini, selain sesuai dengan tahapan perkembangan anak, juga memperhatikan keunikan setiap anak. Metode pembelajaran dengan konsep DAP dianggap dapat mempertahankan, bahkan meningkatkan gairah belajar anak-anak. Konsep DAP memperlakukan anak sebagai individu yang utuh (the whole child) yang melibatkan empat komponen, yaitu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sifat alamiah (dispositions), dan perasaan (feelings); karena pikiran, emosi, imajinasi, dan sifat alamiah anak bekerja secara bersamaan dan saling berhubungan. Dengan kata lain, metode pembelajaran yang baik adalah metode pembelajaran yang dapat melibatkan semua aspek ini secara bersamaan, sehingga perkembangan intelektual, sosial, dan karakter anak dapat terbentuk secara simultan.




Terdapat tiga dimensi yang harus dipahami dalam konsep DAP yaitu:
A.    Patut Menurut Umur
Dalam dimensi ini pendidik diharapkan memahami tahapan perkembangan anak secara kronologis. Pemahaman tentang hal ini dapat menjadi bekal bagi pendidik untuk mengetahui aktifitas, materi, dan interaksi social apa saja yang sesuai, menarik, aman, mendidik, dan menantang bagi anak. Hal ini sangat penting sebagai acuan dalam merancang dan menerapkan kurikulum, serta menyiapkan lingkungan belajar yang patut dan menyenagkan.
B.     Patut Menurut Lingkungan Sosial Dan Budaya
Pemahaman pendidik terhadap latar belakang sosial budaya anak dapat dijadikan dijadikan sebagai acuan guru dalam mempersiapkan materi pembelajaran yang relevan dan bermakna bagi anak. Disamping itu, pendidik juga dapat mempersiapkan anak secara lebih dini untuk menjadi individu yang dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial budayanya.
C.     Patut Menurut Anak Sebagai Individu Yang Unik
Pendidik juga harus memahami bahwa setiap anak merupakan pribadi yang unik, dimana ia membawa bakat, minat, kelebihan dan kekerangannya, serta pengalaman masing – masing anak dalam berinteraksi. Program DAP yang dikemukakan oleh Bredekamp bahwasanya pada proses pembelajaran hendaknya menyediakan berbagai aktivitas dan bahan-bahan yang kaya serta menawarkan pilihan bagi siswa sehingga siswa dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok kecil maupun mandiri dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinisiatif sendiri, melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang dipilihnya. Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Proses pembelajaran seharusnya memperhatikan kebermaknaan artinya apa yang bermakna bagi anak menunjuk pada pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dengan minat-minatnya.

Tahap – Tahap Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice)
Prinsip-prinsip di atas telah memberikan dampak terhadap perubahan metode belajar yang sejalan dengan konsep pendidikan yang patut. Adapun tahapan-tahapannya adalah:

a.       Menciptakan lingkungan belajar yang dapat membuat anak asyik dalam pengalaman
belajar, yaitu dengan melibatkan aspek fisiologi anak. Misalnya dengan games (kegiatan yang menyenangkan) akan melibatkan seluruh aspek fisik, emosi, sosial dan kognitif anak secara bersamaan (simultan).
b.      Menciptakan kurikulum yang dapat menimbulkan minat anak dan kontekstual, sehingga anak menangkap makna atau dari apa yang dipelajarinya
c.       Menciptakan suasana belajar yang bebas tekanan dan ancaman, tetapi tetap menantang bagi anak untuk mencari tahu lebih banyak
d.      Berikan mata pelajaran dengan melibatkan pengalaman kongkrit, terutama dalam pemecahan masalah, karena proses belajar paling efektif bukan dengan ceramah, tetapi dengan memberikan pengalaman nyata.

Manfaat pembelajaran DAP
1.      Guru menjadi lebih berkreasi untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sesuai kebutuhan peserta didik.
2.      Guru dapat mengetahui karakteristik peserta didik.
3.      Guru dapat mempersiapkan materi pembelajaran dan metode yang digunakan setelah mengetahui karakteristik peserta didik.
4.      Guru dan siswa dapat berinteraksi.
5.      Siswa lebih dapat mengeksprisikan pikiran, mengeluarkan gagasan/pendapat, lebih aktif dan kreatif.
6.      Menyeimbangkan ranah afektif, psikomotorik dan kognitif.













DAFTAR PUSTAKA :
sumber : http://kantinpendidikan.blogspot.com/2011/03/strategi-pembelajaran-dap.html
2.      Bertrand Russel, Pendidikan Dan Tatanan Sosial, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1003), hal 43
3.      Nadwa, Jurnal Pendidikan Islam, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2007, hal 63-64
6.       http:// Prinsip Pembelajaran Yang Efektif.Com/28/02/2008
7.       http:// Oursani.com/31/05/2008/Index.php/Terbaru/Paradigma_Baru_Dalam_Mendidik_Anak_html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar