PENDIDIKAN ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS
OLEH:
Setia Dwi Saputra
292010156
Vita Anggara Sakti 292010159
Aditia Hadi K 292010166
Venty Anggraini 292010173
Agnesia Clara Dau 292010333
PROGRAM STUDI SI PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA 2011
I.
PENDAHULUAN
Setiap anak dilahirkan di dunia ini dengan
karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda. Salah satunya adalah anak yang
dilahirkan dengan bakat istimewa yang tidak dimiliki oleh semua anak. Mereka
biasa disebut dengan istilah anak berbakat. Anak berbakat
adalah mereka yang memiliki kemampuan unggul
atau talenta istimewa dan
mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak
berbakat kadang disebut juga dengan istilah lain seperti cerdas,
cemerlang, superior, supernormal, genius, gifted and talented. Semua anak berbakat mempunyai potensi yang unggul, tetapi tidak semuanya telah
berhasil mewujudkan potensi unggul tersebut secara
optimal.
Walaupun disebut anak berbakat, namun pada hakikatnya mereka masih seperti anak
normal/anak biasa lainnya. Mereka sebenarnya masih memerlukan
bantuan
pelayanan pendidikan khusus untuk membantu mereka mengoptimalkan bakat-bakat mereka yang unggul. Biasanya diperlukan
guru atau pembimbing khusus untuk menangani anak berbakat dan tidak sembarang
orang mampu untuk mengajar atau membimbing mereka. Untuk anak yang berkemampuan
khusus (di atas rata-rata ) diperlukan seorang guru yang juga memiliki
karakteristik khusus untuk mendidik mereka. Dalam makalah ini akan dibahas hal-hal
terkait anak berbakat serta karakteristik guru untuk menangani anak berbakat.
II.
ISI
A. Definisi
Anak Berbakat
Istilah
anak berbakat biasanya mengacu pada mereka yang memiliki bakat intelektual dan
talenta tinggi ( gifted dan talented). Beberapa
ahli mendefinisikan anak berbakat dengan sudut pandang yang berbeda. Misalnya Utami
Minandar mengatakan bahwa anak berbakat ialah mereka yang diidentifikasi oleh
orang-orang profesional memiliki kemampuan yang sangat menonjol, sehingga
memberikan prestasi yang tinggi. Sementara
USOE (United States Office of Education) mendefinisikan anak berbakat sebagai anak-anak yang
dapat membuktikan kemampuan berprestasinya yang tinggi dalam bidang-bidang
seperti intelektual, kreatif, artistik, kapasitas kepemimpinan atau akademik
spesifik. Hawadi menambahkan bahwa anak berbakat adalah mereka yang membutuhkan
pelayanan atau aktivitas yang tidak sama dengan yang disediakan di sekolah
sehubungan dengan kemampuannya. Coleman mengemukakan secara
konvensional bahwa anak berbakat adalah mereka yang tingkat intellegensinya
jauh di atas rata-rata anak-anak lainnya, yaitu IQ = 120 ke atas. Sedangkan
Renzulli (1979) melalui teorinya yang disebut “Three Dimensional Model” atau
“Three-ring Conception” tentang keberbakatan yang mencakup tiga dimensi yang
saling berkaitan, yaitu (a) kecakapan di atas rata-rata, (b) daya kreativitas
tinggi, dan (c) komitmen pada tugas.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa anak berbakat ialah anak-anak yang disamping memiliki
kecerdasan intelektual tinggi, juga memiliki kecakapan di berbagai bidang
tertentu (gifted/karunia) dan atau memiliki penonjolan kecakapan di satu bidang
di banding anak lainnya (talented/talenta khusus). Anak berbakat akan lebih
terlihat di lingkungan yang memberi mereka kesempatan untuk mengembangkan
bakatnya dan yang memberi dorongan bagi perkembangannya. Tetapi, anak-anak yang
tumbuh di lingkungan yang sama sekali tidak memberikan peluang bagi mereka,
besar kemungkinan mereka tidak dapat mencapai level prestasi intelektual secara
optimal. Dalam perkembangan selanjutnya keberbakatan seorang anak tidak hanya
dilihat dari kecerdasan intelektual yangtinggi tetapi dari daya kreatifitas,
kepemimpinan, motivasi, prestasi akademik dan komunikasi sosial. Faktor-faktor
tersebut saling berkorelasi satu sama lain dan tak terpisahkan dari
keberbakatan.
B. Karakteristik
dan Klasifikasi Anak Berbakat
Kita pernah melihat murid di suatu sekolah yang
diijinkan loncat kelas karena dianggap sudah mampu menguasai materi mata
pelajaran dengan cepat. Ini salah satu
contoh dari anak berbakat. Secara umum ciri-ciri anak berbakat yaitu ;
·
Membaca
lebih cepat dan banyak pada usia
lebih muda
·
Memiliki
perbendaharaan kata yang luas
·
Mempunyai
rasa ingin tau yang kuat dan senang mencoba hal baru
·
Mempunyai inisiatif, motivasi dan daya
imajinasi yang kuat
·
Dapat
bekerja sendiri, luwes
dan kritis dalam berpikir
·
Mempunyai
daya ingat yang kuat dan peka
·
Tidak
cepat puas dengan prestasinya serta menginginkan kebebasan dalam tindakan dan gerakan.
Karakteristik anak berbakat dapat dibagi dan dilihat
dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Berikut ini adalah pembagian karakteristik
anak berbakat ;
v Karakteristik
Intelektual-Kognitif
o
Menunjukkan
atau memiliki ide-ide yang orisinil dan pemikiran kreatif.
o
Mampu
menghubungkan ide-ide menjadi suatu konsep yang utuh.
o
Menunjukkan
kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
o
Mampu
menyimpulkan suatu masalah yang rumit menjadi sederhana dan mudah dipahami.
o
Memiliki
kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.
o
Menunjukkan
daya imajinasi yang luar biasa.
o
Memiliki
perbendaharaan kosakata yang sangat kaya.
o
Fasih
berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.
o
Memiliki
daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.
o
Mampu
menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika atau sains.
o
Banyak
gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
o
Mampu
memikirkan beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang cepat serta
bersamaan dan mengaitkan satu dengan yang lainnya.
v Karakteristik
Persepsi-Emosi
o
Sangat
peka perasaannya.
o
Menunjukkan
gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam
menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain)
o
Sangat
perseptif dan peka dengan sesuatu yang dirasakan orang lain
o
Memiliki
perasaan yang dalam atas sesuatu.
o
Peka
dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar
o
Pada
umumnya introvert.
o
Memandang
suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.
o
Sangat
terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru
o
Alaminya
memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.
v Karakteristik
Motivasi dan Nilai-nilai Hidup
o
Menuntut
kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).
o
Memiliki
dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.
o
Memiliki
rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
o
Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu
bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari
o
luar
untuk melakukan sesuatu (self driven).
o
Selalu
berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup.
o
Melakukan
sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang
lain.
o
Senang
menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap
“nyerempet-nyerempet
o
bahaya”
.
o
Sangat
peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.
o
Memiliki minat yang beragam dan terentang
luas.
v Karakteristik
Aktivitas
o
Punya energi yang seolah tak pernah habis,
selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke hal lain tanpa terlihat lelah.
o
Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun,
waktu tidur yang lebih sedikit dibanding anak normal.
o
Sangat waspada.
o
Rentang
perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan dalam waktu
yang sangat lama.
o
Tekun, gigih, pantang menyerah.
o
Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang
tidak pernah diam, selalu memunculkan hal-hal baru untuk
o
dilakukan.
o
Spontanitas
yang tinggi.
v Karakteristik
Relasi Sosial
o
Umumnya
senang mempertanyakan atau menggugat sesuatu yang telah mapan.
o
Sulit melakukan kompromi dengan pendapat umum.
o
Merasa
diri berbeda, lebih maju dibanding orang lain, merasa sendirian dalam berpikir
atau pada saat
o
merasakan
suatu bentuk emosi.
o
Sangat
mudah jatuh iba, empatik, senang membantu.
o
Lebih senang dan merasa nyaman untuk berteman
atau berdiskusi dengan orang-orang yang usianya jauh lebih
o
tua.
Kitato dan
Kirby, dalam Mulyono (1994), dalam ini adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik Intelektual
• Proses belajarnya sangat cepat
• Tekun dan rasa ingin tahu yang besar
• Rajin membaca
• Memiliki perhatian yang lama dalam suatu bidang khusus
• Memiliki pemahaman yang sangat majau terhadap
suatu konsep
• Memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam
suatu bidang akademik
2. Karakteristik Sosial-emosional
• Mudah diterima teman-teman sebaya dan orang
dewasa
• Melibatkan diri dalam berbagai kegiatan
sosial, dan memberikan sumbangan pemikiran yang konstruktif
• Kecenderungan sebagai pemisah dalam suatu
pertengkaran
• Memiliki kepercayaan tentang persamaan
derajat semua orang, dan jujur
• Perilakunya tidak defensif, dan memiliki
tenggang rasa
• Bebas dari tekanan emosi, dan mampu
mengontrol emosinya sesuai situasi, dan merangsang perilaku produktif bagi
oranglain.
• Memiliki kapasitas yang luar biasa dalam
menanggulangi masalah sosial.
3. Karakteristik
Fisik-kesehatan
• Berpenampilan
rapi dan menarik
• Kesehatannya berada lebih baik
di atas rata-rata
Menurut Sutratinah Tirtonegoro anak berbakat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok berdasarkan tingkat intellegensinya yaitu ;
Ø Genius,
yaitu anak yang memiliki intellegensi luar biasa dan memiliki daya kreatifitas
tinggi. Mereka memiliki IQ (Intelligence Quotien) berkisar 140-200. Anak genius
memiliki sifat posoitif diantaranya
sangat kreatif, kritis, suka menganalisis, banyak ide dan sebagainya. Mereka
juga memiliki sifat negatif seperti egois, tempramen tinggi, suka menyendiri,
tidak mudah bergaul dan tidak mudah menerima pendapat orang lain.
Ø Gifted,
yaitu anak yang kecerdasannya (IQ) antara 125-140. Anak genius memiliki
karakter serba ingin tahu, sangat tertarik pada sains, imajinasi kuat, senang
membaca dan mengoleksi sesuatu. Di samping itu mereka juga memiliki bakat
menonjol dalam bidang seni seperti musik, drama dan bakat memimpin. Hal
tersebut membuat mereka disebut juga gifted dan talented.
Ø Superior,
yaitu anak dengan kecerdasan antara 110-125 ditandai dengan prestasi akademik
yang cukup tinggi. Mereka umumnya adalah anak yang mampu membaca dan berbicara
lebih cepat, kaya akan informasi dan cepat belajar.
Berdasarkan standar Stanford Binet anak berbakat
dikategorikan menjadi 3 yaitu kategori rata-rata tinggi (IQ 110-119), kategori
superior (IQ 120-139) dan kategori sangat superior (IQ 140-169).
C. Pelayanan
Bagi Anak Berbakat
1.
Kurikulum
Kurikulum
berdiferensiasi bagi anak berbakat mengacu pada penanjakan
kehidupan
mental melalui berbagai program yang akan menumbuhkan
kreativitasnya
serta mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual pada tingkat
tinggi.
Dilihat dari kebutuhan perkembangan anak berbakat, maka kurikulum
berdiferensiasi
memperhatikan perbedaaan kualitatif individu berbakat dari
manusia
lainnya. Dalam kurikulum berdeferensiasi terjadi penggemukan materi,
artinya
materi kurikulum diperluas atau diperdalam tanpa menjadi lebih banyak.
Secara
kualitatif materi pelajaran berubah daalam penggemukan beberapa konsep
esensial
dari kurikulum umum sesuai dengan tuntutan bakat, perilaku, keterampilan
dan
pengetahuan serta sifat luar biasa anak berbakat.
Dengan
demikian, kurikulum pendidikan seyogyanya bisa mengakomodasi
dimensi
vertikal maupun horisontal pendidikan anak. Secara vertikal, anak-anak
berbakat
harus dimungkinkan untuk menyelesaikannya pendidikannya lebih cepat.
Secara
horisontal, disediakan program pengayaan (enrichment), dimana siswa
berbakat
dimungkinkan untuk menerima materi tambahan, baik dengan tugas-tugas
maupun
sumber-sumber belajar tambahan, baik dengan tugas-tugas maupun
sumber-sumber
belajar tambahan.
2.
Model Pembelajaran
Untuk
layanan pendidikan terhadap anak berbakat ini ada beberapa model
yang
dapat digunakan, yaitu; pengayaan, percepatan, dan segregasi.
Penjelasan
dari mode-model di atas adalah sebagai berikut :
1.
Pengayaan (enrichment)
Dalam
model enrichment ini anak mendapatkan pembelajaran tambahan sebagai
pengayaan.
Pengayaan ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai
berikut
:
a.
Secara vertikal;
Cara
ini untuk memperdalam salah satu atau sekelompok mata pelajaran
tertentu.
Anak diberi kesempatan untuk aktif memperdalam ilmu
Pengetahuan
yang disenangi, sehingga menguasai materi pelajaran secara
luas
dan mendalam.
b.
Secara horizontal;
Anak
diberi kesempatan untuk memperluas pengetahuan dengan tambahan
atau
pengayaan yang berhubungan dengan pelajaran yang sedang dipelajari.
2.
Percepatan (scceleration)
Secara
konvensional bagi anak yang memiliki kemampuan superior
dipromosikan
untuk naik kelas lebih awal dari biasanya. Dalam percepatan ini
ada
beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut :
a.
Masuk sekolah lebih awal/sebelum waktunya (early admission), misalnya
sebelum
usia 6 tahun, dengan catatan bahwa anak sudah matang untuk
masuk
Sekolah Dasar.
b.
Loncat kelas (grade skipping) atau skipping class, misalnya karena
kemampuannya
luar biasa pada salah satu kelas, maka langsung dinaikkan
ke
kelas yang lebih tinggi satu tingkat (dari kelas satu langsung ke kelas
tiga).
c.
Penambahan pelajaran dari tingkatan di atasnya, sehingga dapat
menyelesaikan
materi pelajaran lebih awal.
d.
Maju berkelanjutan tanpa adanya tingkatan kelas. Dalam hal ini sekolah
tidak
mengenal tingkatan, tetapi menggunakan sistem kredit. Ini berarti anak
berbakat
dapat maju terus sesuai dengan kemampuannya tanpa menunggu
teman-teman
yang lainnya.
3.
Segregasi
Anak-anak
berbakat dikelompokkan ke dalam satu kelompok yang disebut
“ability
grouping” dan diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman
belajar
yang sesuai dengan potensinya.
Mengenai
sistem penyelenggaraan pendidikan, selain yang telah
dikemukakan
di atas, ada beberapa sistem dalam pendidikan bagi anak berbajat,
yaitu;
(1) Sekolah khusus, (2) Kelas khuus, dan (Terintegrasi dalam kelas reguler
atau
normal dengan perlakukan khusus. Model pertama dan ke dua nampaknya
banyak
mengundang kritik, karena cenderung eksklusif dan elit, sehingga bisa
menimbulkan
kecemburuan sosial. Kedua sistem ini hanya bisa dilakukan untuk
bidang-bidang
tertenu saja.
Model
yang kini populer adalah sistem dimana anak-anak berbakat
diintegrasikan
dalam kelas reguler atau normal. Cara ini mempunyai banyak
keuntungan
bagi perkembangan psikologis dan sosial anak. Hal yang menyulitkan
adalah
bagaimanakah perhatian diberikan secara berbeda melalui apa yang disebut
“pengajaran
yang diindividualisasikan”, yaitu settingnya kelas tetapi perhatian
diberikan
kepada individu anak. Konsekwensinya perlu kurikulum yang fleksibel,
yaitu
kurikulum yang berdiferensiasi, yang bisa mengakomodasi anak-anak biasa
dan
anak berbakat.
Pada
dasarnya penyelenggaraan pendidikan anak berbakat menyangkut
bagaimana
anak-anak diperlakukan di sekolah melalui sistem pengelompokkan.
Sistem
pengelompokkan bermacam-macam, tetapi intinya ada dua, yaitu
pengelompokkan
homogen dan heterogen. Dasar pengelompokkan bisa berupa jenis
kelamin,
tingkat kemampuan belajar, atau minat-minat khusus pada mata pelajaran
tertentu.