Pengikut

Rabu, 11 April 2012

Pendidikan ABK


PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

OLEH:
Setia Dwi Saputra               292010156
Vita Anggara Sakti           292010159
Aditia Hadi K                    292010166
Venty Anggraini                292010173
Agnesia Clara Dau            292010333

PROGRAM STUDI SI PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA 2011
I.          PENDAHULUAN
Setiap anak dilahirkan di dunia ini dengan karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda. Salah satunya adalah anak yang dilahirkan dengan bakat istimewa yang tidak dimiliki oleh semua anak. Mereka biasa disebut dengan istilah anak berbakat. Anak berbakat  adalah mereka yang memiliki kemampuan unggul atau talenta istimewa dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak berbakat kadang disebut juga dengan istilah lain seperti cerdas, cemerlang, superior, supernormal, genius, gifted and talented. Semua anak berbakat mempunyai potensi yang unggul, tetapi tidak semuanya telah berhasil mewujudkan potensi unggul tersebut  secara optimal. Walaupun disebut anak berbakat, namun pada hakikatnya mereka masih seperti anak normal/anak biasa lainnya. Mereka sebenarnya masih  memerlukan bantuan pelayanan pendidikan khusus untuk membantu mereka mengoptimalkan bakat-bakat mereka yang unggul. Biasanya diperlukan guru atau pembimbing khusus untuk menangani anak berbakat dan tidak sembarang orang mampu untuk mengajar atau membimbing mereka. Untuk anak yang berkemampuan khusus (di atas rata-rata ) diperlukan seorang guru yang juga memiliki karakteristik khusus untuk mendidik mereka. Dalam makalah ini akan dibahas hal-hal terkait anak berbakat serta karakteristik guru untuk menangani anak berbakat.
















    II.            ISI
A.    Definisi Anak Berbakat
Istilah anak berbakat biasanya mengacu pada mereka yang memiliki bakat intelektual dan talenta tinggi ( gifted dan talented). Beberapa ahli mendefinisikan anak berbakat dengan sudut pandang yang berbeda. Misalnya Utami Minandar mengatakan bahwa anak berbakat ialah mereka yang diidentifikasi oleh orang-orang profesional memiliki kemampuan yang sangat menonjol, sehingga memberikan prestasi yang tinggi. Sementara USOE (United States Office of Education) mendefinisikan anak berbakat sebagai anak-anak yang dapat membuktikan kemampuan berprestasinya yang tinggi dalam bidang-bidang seperti intelektual, kreatif, artistik, kapasitas kepemimpinan atau akademik spesifik. Hawadi menambahkan bahwa anak berbakat adalah mereka yang membutuhkan pelayanan atau aktivitas yang tidak sama dengan yang disediakan di sekolah sehubungan dengan kemampuannya. Coleman mengemukakan secara konvensional bahwa anak berbakat adalah mereka yang tingkat intellegensinya jauh di atas rata-rata anak-anak lainnya, yaitu IQ = 120 ke atas. Sedangkan Renzulli (1979) melalui teorinya yang disebut “Three Dimensional Model” atau “Three-ring Conception” tentang keberbakatan yang mencakup tiga dimensi yang saling berkaitan, yaitu (a) kecakapan di atas rata-rata, (b) daya kreativitas tinggi, dan (c) komitmen pada tugas.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa anak berbakat ialah anak-anak yang disamping memiliki kecerdasan intelektual tinggi, juga memiliki kecakapan di berbagai bidang tertentu (gifted/karunia) dan atau memiliki penonjolan kecakapan di satu bidang di banding anak lainnya (talented/talenta khusus). Anak berbakat akan lebih terlihat di lingkungan yang memberi mereka kesempatan untuk mengembangkan bakatnya dan yang memberi dorongan bagi perkembangannya. Tetapi, anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang sama sekali tidak memberikan peluang bagi mereka, besar kemungkinan mereka tidak dapat mencapai level prestasi intelektual secara optimal. Dalam perkembangan selanjutnya keberbakatan seorang anak tidak hanya dilihat dari kecerdasan intelektual yangtinggi tetapi dari daya kreatifitas, kepemimpinan, motivasi, prestasi akademik dan komunikasi sosial. Faktor-faktor tersebut saling berkorelasi satu sama lain dan tak terpisahkan dari keberbakatan.


B.     Karakteristik dan Klasifikasi Anak Berbakat
Kita pernah melihat murid di suatu sekolah yang diijinkan loncat kelas karena dianggap sudah mampu menguasai materi mata pelajaran dengan  cepat. Ini salah satu contoh dari anak berbakat. Secara umum ciri-ciri anak berbakat yaitu ;
·         Membaca lebih cepat dan banyak pada usia lebih muda
·         Memiliki perbendaharaan kata yang luas
·         Mempunyai rasa ingin tau yang kuat dan senang mencoba hal baru
·         Mempunyai inisiatif, motivasi dan daya imajinasi yang kuat
·         Dapat bekerja sendiri, luwes dan kritis dalam berpikir
·         Mempunyai daya ingat yang kuat dan peka
·         Tidak cepat puas dengan prestasinya serta menginginkan kebebasan dalam tindakan dan gerakan.
Karakteristik anak berbakat dapat dibagi dan dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Berikut ini adalah pembagian karakteristik anak berbakat ;
v  Karakteristik Intelektual-Kognitif
o   Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinil dan pemikiran kreatif.
o   Mampu menghubungkan ide-ide menjadi suatu konsep yang utuh.
o   Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
o   Mampu menyimpulkan suatu masalah yang rumit menjadi sederhana dan mudah dipahami.
o   Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.
o   Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.
o   Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya.
o   Fasih berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.
o   Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.
o   Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika atau sains.
o   Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
o   Mampu memikirkan beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang cepat serta bersamaan dan mengaitkan satu dengan yang lainnya.

v  Karakteristik Persepsi-Emosi
o   Sangat peka perasaannya.
o   Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain)
o   Sangat perseptif dan peka dengan sesuatu yang dirasakan orang lain
o   Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.
o   Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar
o   Pada umumnya introvert.
o   Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.
o   Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru
o   Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.
v  Karakteristik Motivasi dan Nilai-nilai Hidup
o   Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).
o   Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.
o   Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
o    Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari
o   luar untuk melakukan sesuatu (self driven).
o   Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup.
o   Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain.
o   Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap “nyerempet-nyerempet
o   bahaya” .
o   Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.
o    Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.

v  Karakteristik Aktivitas
o    Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke hal lain tanpa terlihat lelah.
o    Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding anak normal.
o    Sangat waspada.
o   Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan dalam waktu yang sangat lama.
o    Tekun, gigih, pantang menyerah.
o    Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan hal-hal baru untuk
o   dilakukan.
o   Spontanitas yang tinggi.

v  Karakteristik Relasi Sosial
o   Umumnya senang mempertanyakan atau menggugat sesuatu yang telah mapan.
o    Sulit melakukan kompromi dengan pendapat umum.
o   Merasa diri berbeda, lebih maju dibanding orang lain, merasa sendirian dalam berpikir atau pada saat
o   merasakan suatu bentuk emosi.
o   Sangat mudah jatuh iba, empatik, senang membantu.
o    Lebih senang dan merasa nyaman untuk berteman atau berdiskusi dengan orang-orang yang usianya jauh lebih
o   tua.
Kitato dan Kirby, dalam Mulyono (1994), dalam ini adalah sebagai berikut: 

1.   Karakteristik Intelektual 
   Proses belajarnya sangat cepat
   Tekun dan rasa ingin tahu yang besar
   Rajin membaca
   Memiliki perhatian yang lama dalam suatu bidang khusus
   Memiliki pemahaman yang sangat majau terhadap suatu konsep
   Memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik

2.   Karakteristik Sosial-emosional
   Mudah diterima teman-teman sebaya dan orang dewasa
   Melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial, dan memberikan sumbangan pemikiran yang konstruktif
   Kecenderungan sebagai pemisah dalam suatu pertengkaran
   Memiliki kepercayaan tentang persamaan derajat semua orang, dan jujur
   Perilakunya tidak defensif, dan memiliki tenggang rasa
   Bebas dari tekanan emosi, dan mampu mengontrol emosinya sesuai situasi, dan merangsang perilaku produktif bagi oranglain. 
   Memiliki kapasitas yang luar biasa dalam menanggulangi masalah sosial.

3.   Karakteristik Fisik-kesehatan
   Berpenampilan rapi dan menarik
     Kesehatannya berada lebih baik di atas rata-rata
Menurut Sutratinah Tirtonegoro anak berbakat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok berdasarkan tingkat intellegensinya yaitu ;
Ø  Genius, yaitu anak yang memiliki intellegensi luar biasa dan memiliki daya kreatifitas tinggi. Mereka memiliki IQ (Intelligence Quotien) berkisar 140-200. Anak genius memiliki sifat  posoitif diantaranya sangat kreatif, kritis, suka menganalisis, banyak ide dan sebagainya. Mereka juga memiliki sifat negatif seperti egois, tempramen tinggi, suka menyendiri, tidak mudah bergaul dan tidak mudah menerima pendapat orang lain.
Ø  Gifted, yaitu anak yang kecerdasannya (IQ) antara 125-140. Anak genius memiliki karakter serba ingin tahu, sangat tertarik pada sains, imajinasi kuat, senang membaca dan mengoleksi sesuatu. Di samping itu mereka juga memiliki bakat menonjol dalam bidang seni seperti musik, drama dan bakat memimpin. Hal tersebut membuat mereka disebut juga gifted dan talented.
Ø  Superior, yaitu anak dengan kecerdasan antara 110-125 ditandai dengan prestasi akademik yang cukup tinggi. Mereka umumnya adalah anak yang mampu membaca dan berbicara lebih cepat, kaya akan informasi dan cepat belajar.
Berdasarkan standar Stanford Binet anak berbakat dikategorikan menjadi 3 yaitu kategori rata-rata tinggi (IQ 110-119), kategori superior (IQ 120-139) dan kategori sangat superior (IQ 140-169).





C.     Pelayanan Bagi Anak Berbakat
1. Kurikulum
Kurikulum berdiferensiasi bagi anak berbakat mengacu pada penanjakan
kehidupan mental melalui berbagai program yang akan menumbuhkan
kreativitasnya serta mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual pada tingkat
tinggi. Dilihat dari kebutuhan perkembangan anak berbakat, maka kurikulum
berdiferensiasi memperhatikan perbedaaan kualitatif individu berbakat dari
manusia lainnya. Dalam kurikulum berdeferensiasi terjadi penggemukan materi,
artinya materi kurikulum diperluas atau diperdalam tanpa menjadi lebih banyak.
Secara kualitatif materi pelajaran berubah daalam penggemukan beberapa konsep
esensial dari kurikulum umum sesuai dengan tuntutan bakat, perilaku, keterampilan
dan pengetahuan serta sifat luar biasa anak berbakat.
Dengan demikian, kurikulum pendidikan seyogyanya bisa mengakomodasi
dimensi vertikal maupun horisontal pendidikan anak. Secara vertikal, anak-anak
berbakat harus dimungkinkan untuk menyelesaikannya pendidikannya lebih cepat.
Secara horisontal, disediakan program pengayaan (enrichment), dimana siswa
berbakat dimungkinkan untuk menerima materi tambahan, baik dengan tugas-tugas
maupun sumber-sumber belajar tambahan, baik dengan tugas-tugas maupun
sumber-sumber belajar tambahan.
2. Model Pembelajaran
Untuk layanan pendidikan terhadap anak berbakat ini ada beberapa model
yang dapat digunakan, yaitu; pengayaan, percepatan, dan segregasi.
Penjelasan dari mode-model di atas adalah sebagai berikut :
1. Pengayaan (enrichment)
Dalam model enrichment ini anak mendapatkan pembelajaran tambahan sebagai
pengayaan. Pengayaan ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai
berikut :
a. Secara vertikal;
Cara ini untuk memperdalam salah satu atau sekelompok mata pelajaran
tertentu. Anak diberi kesempatan untuk aktif memperdalam ilmu
Pengetahuan yang disenangi, sehingga menguasai materi pelajaran secara
luas dan mendalam.
b. Secara horizontal;
Anak diberi kesempatan untuk memperluas pengetahuan dengan tambahan
atau pengayaan yang berhubungan dengan pelajaran yang sedang dipelajari.
2. Percepatan (scceleration)
Secara konvensional bagi anak yang memiliki kemampuan superior
dipromosikan untuk naik kelas lebih awal dari biasanya. Dalam percepatan ini
ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut :
a. Masuk sekolah lebih awal/sebelum waktunya (early admission), misalnya
sebelum usia 6 tahun, dengan catatan bahwa anak sudah matang untuk
masuk Sekolah Dasar.
b. Loncat kelas (grade skipping) atau skipping class, misalnya karena
kemampuannya luar biasa pada salah satu kelas, maka langsung dinaikkan
ke kelas yang lebih tinggi satu tingkat (dari kelas satu langsung ke kelas
tiga).
c. Penambahan pelajaran dari tingkatan di atasnya, sehingga dapat
menyelesaikan materi pelajaran lebih awal.
d. Maju berkelanjutan tanpa adanya tingkatan kelas. Dalam hal ini sekolah
tidak mengenal tingkatan, tetapi menggunakan sistem kredit. Ini berarti anak
berbakat dapat maju terus sesuai dengan kemampuannya tanpa menunggu
teman-teman yang lainnya.
3. Segregasi
Anak-anak berbakat dikelompokkan ke dalam satu kelompok yang disebut
“ability grouping” dan diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman
belajar yang sesuai dengan potensinya.
Mengenai sistem penyelenggaraan pendidikan, selain yang telah
dikemukakan di atas, ada beberapa sistem dalam pendidikan bagi anak berbajat,
yaitu; (1) Sekolah khusus, (2) Kelas khuus, dan (Terintegrasi dalam kelas reguler
atau normal dengan perlakukan khusus. Model pertama dan ke dua nampaknya
banyak mengundang kritik, karena cenderung eksklusif dan elit, sehingga bisa
menimbulkan kecemburuan sosial. Kedua sistem ini hanya bisa dilakukan untuk
bidang-bidang tertenu saja.
Model yang kini populer adalah sistem dimana anak-anak berbakat
diintegrasikan dalam kelas reguler atau normal. Cara ini mempunyai banyak
keuntungan bagi perkembangan psikologis dan sosial anak. Hal yang menyulitkan
adalah bagaimanakah perhatian diberikan secara berbeda melalui apa yang disebut
“pengajaran yang diindividualisasikan”, yaitu settingnya kelas tetapi perhatian
diberikan kepada individu anak. Konsekwensinya perlu kurikulum yang fleksibel,
yaitu kurikulum yang berdiferensiasi, yang bisa mengakomodasi anak-anak biasa
dan anak berbakat.
Pada dasarnya penyelenggaraan pendidikan anak berbakat menyangkut
bagaimana anak-anak diperlakukan di sekolah melalui sistem pengelompokkan.
Sistem pengelompokkan bermacam-macam, tetapi intinya ada dua, yaitu
pengelompokkan homogen dan heterogen. Dasar pengelompokkan bisa berupa jenis
kelamin, tingkat kemampuan belajar, atau minat-minat khusus pada mata pelajaran
tertentu.